BAB 8
Etika dalam Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Manajemen
Tanggung jawab Akuntan Keuangan dan Akuntan
Manajemen
Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen adalah
teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik buruk dan
sejauh mana yang dapat ditentukan oleh akal sehat. Sedangkan akuntansi keuangan
adalah seni penyusunan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal
dan pihak external. Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang
keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk
menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan putusan dan manajemen
sumber daya yang tepat.
Etika dalam akuntansi keuangan dan manajemen merupakan suatu
bidang keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis. Bidang ini berpengaruh
langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi. Ada banyak bidang yang
dapat di pelajari, tetapi sejumlah besar peluang karir tersedia di bidang
keuangan. Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang keuangan
yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk
menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan putusan dan manajemen
sumber daya yang tepat
Competence, Confidentially, Integrity and
Objective of Management Accountant
Adapun beberapa
etika yang harus di terapkan oleh para pelaku dalam akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen dapat di jabarkan sebagai berikut :
a. Competance
(Kompetensi). Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan
pengetahuan kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Arti kata Competance
disini adalah setiap praktisi Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan
memiliki tanggung jawab untuk :
§ Menjaga
tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan berkelanjutan,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
§ Melakukan
tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
§ Mampu
menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan serta
dapat diandalkan
b. Confidentiality
(Kerahasiaan). Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka
yang tidak berkepen-tingan dapat mencapai informasi, berhubungan dengan data
yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan
untuk keperluan tertentu tersebut.Dalam
hal kerahasiaan ini Praktisi akuntansi manajemen dituntut untuk :
§ Mampu
menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
§ Menginformasikan
kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang diperoleh, agar dapat
menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga
pemeliharaan kerahasiaan.
§ Menghindari
diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi
maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
c. Integrity
(Kejujuran). Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Praktisi
akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
§ Menghindari
adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar dari potensi
konflik.
§ Menahan
diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan mengurangi
kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis
§ Menolak
berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat mempengaruhi
tindakan mereka
§ Menahan
diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian tujuan
organisasi
§ Mengkomunikasikan
informasi yang tidak menguntungkan serta yang menguntungkan dalam penilaian professional
§ Menahan
diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan mendiskreditkan
profesi
d. Objectivity
(Objekivitas). Objekivitas pada dasarnya tidak berpihak, dimana sesuatu secara
ideal dapat diterima oleh semua pihak, karena pernyataan yang diberikan
terhadapnya bukan merupakan hasil dari asumsi (kira-kira), prasangka, ataupun
nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu.
§ Mengkomunikasikan
atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
§ Mengungkapkan
semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan pemahaman akan laporan
atau rekomendasi yang disampaikan
Whistle Blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa
karyawan untuk membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi
utamanya adalah moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja dengan
membuka rahasia perusahaan. Contohnya seorang karyawan melaporkan kecurangan
perusahaan yang membuang limbah pabrik ke sungai. Whistle blowing dibagi
menjadi dua yaitu :
§ Whistle Blowing internal, yaitu
kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan tertinggi, pemimpin yang
diberi tahu harus bersikap netral dan bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada
orang, lembaga, otoritas, kedudukan, melainkan pada nilai moral: keadilan,
ketulusan, kejujuran, dan dengan demikian bukan karyawan yang harus selalu
loyal dan setia pada pemimpin melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan
bertindak sesuai moral.
§ Whistle Blowing eksternal, yaitu
membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar seperti masyarakat karena
kecurangan itu merugikan masyarakat, motivasi utamanya adalah mencegah kerugian
bagi banyak orang, yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum
membocorkan kecurangan terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis yang
baik dan etis memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik
Creative Accounting
Semua proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan
pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan
menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd,
1999). Di dalam creative accounting ada pendapat yang mengatakan creative
accounting di bagi dua jenis, yaitu yang legal dan illegal. Maksud dari legal
di sini adalah yang sesuai dengan perundang-undangan atau sesuai peraturan yang
berlaku, sedangkan yang illegal adalah yang menyalahi peraturan atau
perundang-undangan ayang berlaku.
Contoh
kasus (Legal) :
Perusahaan PT. ABC lebih menggunakan metode FIFO dalam metode
arus persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar
dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karenaAsumsi Inflasi Besar.
FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatanyang logis dan realistis terhadap
arus biaya ketika penggunaan metodeidentifikasi khusus tidak memungkinkan atau
tidak praktis.
FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel
dengan arus fisik yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat
pada barang Jika perusahaan dengan tingkat persediaan yang tinggi sedang
mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan kemungkinan tidak akan
mengalamipenurunan persediaan di masa depen, maka LIFO memberikan keuntungan
arus kas yang substansial dalam hal penundaan pajak.
Ini adalah alasan utama dari penerapan LIFO oleh kebanyakan
perusahaan. Bagi banyak perusahaan dengan tingkat persediaany ang kecil atau
dengan biaya persediaan yang datar atau menurun, maka LIFO hanyamemberikan
keuntungan kecil dari pajak. Perusahaan seperti ini memilih untuk tidak
menggunakan LIFO.
Fraud Accounting
Secara umum fraud merupakan suatu perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang secara
langsung merugikan pihak lain. Orang awam seringkali mengasumsikan secara
sempit bahwa fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi.
Fraud Auditing
Upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam
transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap
pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu
sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.
Contoh
Kasus :
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission (COSO). Penelitian COSO menelaah hampir 350 kasus dugaan kecurangan
pelaporan keuangan oleh perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat yang
diselidiki oleh SEC. Diantaranya adalah :
1.
Kecurangan
keuangan memengaruhi perusahaan dari semua ukuran, dengan median perusahaan
memiliki aktiva dan pendapatan hanya di bawah $100juta.
2.
Berita mengenai investigasi SEC atau
Departemen Kehakiman mengakibatkan penurunan tidak normal harga saham rata-rata
7,3 persen.
3.
Dua
puluh enam persen dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kecurangan
mengganti auditor selama periode yang diteliti dibandingkan dengan hanya 12
persen dari perusahaan-perusahaan yang tidak terlibat.
BAB
9
Isu
Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi
Benturan
Kepentingan
Sebelum membahas
tentang benturan kepentingan, ada baiknya kita mengetahui arti dari benturan
kepentingan itu apa. Benturan kepentingan itu adalah suatu perbedaan antara
kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur,
komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Perusahaan menerapkan
kebijakan bahwa karyawannya harus menghindari investasi, asosiasi atau hubungan
lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan penilaian
baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Situasi konflik
dapat timbul jika karyawan mengambil tindakan yang dapat menimbulkan kesulitan
bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya secara obyektif dan efektif.
Apabila situasi semacam itu muncul maka harus segera melaporkan hal-hal yang
terkait dengan situasi tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan. Apabila
manajemen senior perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan
benturan kepentingan, mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan tersebut
kepada komite pemeriksa. Berikut ini berberapa upaya perusahaan dalam
menghindari benturan kepentingan :
1. Menghindarkan
diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
2. Mengusahakan
lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat menimbulkan
potensi penyimpangan kegiatan pemupukan.
3. Menyewakan
properti pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan
kegiatan pemeliharaan.
4. Memiliki
bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.
5. Menghormati
hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja, yang
sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas dari benturan dengan
kepentingan.
6. Mengungkapkan
dan melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-kegiatan di luar pekerjaan
dari perusahaan.
7. Menghindarkan
diri dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan maupun non-keuangan pada
perusahaan yang merupakan pesaing
8. Tidak
memegang jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi lain di luar perusahaan
dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulis dari yang
berwenang.
Etika
dalam Tempat Kerja
Dunia kerja memang
menyimpan banyak sisi, secara positif orang memang menaruh harapandari dunia
kerja yaitu untuk memenuhi keperluan idupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun bila
tidak dihadapi dengan baik dapat membawa tekanan bagi pekerja sendiri.
Menyikapi hal tersebut mungkin ada hubungannya dengan fenomena maraknya
kegiatan eksekutif bisnis mendalami nilai-nilai agama. Mereka mengikuti
aktivitas keagamaan sepeti tasawuf, kebaktian bersama dan lainnya untuk
mengkasji dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang selama ini kerap hilang
dari dunia kerja. Banyak etika yang berlaku di tempat kerja, namun ada beberapa
yang perlu anda cermat :
1. Menghormati
Budaya Kerja Perusahaan Anda. Bila budaya kerja perusahaan tempat Anda bekerja
bersifat santai dan kasual, jangan mengenakan suits mahal dari butik perancang
italia. Hal ini disamping akan membuat Anda ‘berbeda’ juga dimungkinkan
menimbulkan kecemburuan sosial dari rekan-rekan sejawat Anda. Jadi bagian dari
mereka.
2. Hormat
Senior Anda dan lakukan sebagaimana mestinya tanpa bersikap berlebihan. Banyak
perusahaan punya tingkat hierarki sendiri, pelajari dan sesuaikan sikap Anda
pada tiap tingkatan. Misal: Jangan anggap bos seperti teman bermain atau bercanda.
3. Hormati
Privacy Orang Lain. Meski Anda bekerja dengan banyak orang, Anda harus tahu
secara pasti batas-batas pribadi mereka Jangan sok akrab dengan melakukan pendekatan
yang tidak perlu.
4. Hormati
Cara Pandang Orang Lain. Selesaikan pertentangan yang terjadi dengan luwes.
Kenali perbedaan pendapat tentang agama, politik, moral serta gaya hidup
masing-masing orang, tapi jangan paksakan apa yang menjadi keyakinan Anda.
5. Tangani
Beban Kerja Anda. Tanpa perlu melimpahkannya pada orang lain. Stres memang
tidak dapat dihindari, namun saat mengalaminya Anda harus menyalurkannya pada
hal yang lebih positif, tanpa perlu marah atau membentak rekan kerja Anda.
6. Bersikap
Sopan Pada Semua Orang Di Kantor. Bahkan jika posisi Anda sudah lumayan tinggi
sekalipun, bukan berarti Anda dapat memerintah bawahan dengan sewenang-wenang.
Karena semua orang berhak dihormati dan didengar pendapatnya.
7. Tidak
Semena-mena Menggunakan Fasilitas Kantor. Perlu Anda ketahui bahwa peralatan
kantor disediakan untuk memudahkan kerja banyak pihak, jadi rawatlah baik-baik
semua fasilitas yang Anda pakai. Dan hindari penggunaan fasilitas kantor untuk
kepentingan pribadi. Misalnya, menggunakan mobil dinas untuk
keperluan-keperluan kantor dsb. Adapun beberapa praktik di dalam suatu
pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di dalam suatu
perusahaan, misalnya:
§ Etika
Terhadap Saingan. Kadang-kadang ada produsen berbuat kurang etis terhadap
saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang bermutu atau juga
terjadi produk saingan dirusak dan dijual kembali ke pasar, sehingga
menimbulkan citra negatif dari pihak konsumen.
§ Etika
Hubungan dengan Karyawan. Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan batas-batas
etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah dan
menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan
memperoleh penghargaan.
§ Etika
dalam hubungan dengan public. Hubungan dengan publik harus dujaga sebaik
mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan dengan public ini
menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup. Hal ini meliputi konservasi
alam, daur ulang dan polusi. Menjaga kelestarian alam, recycling (daur ulang)
produk adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah
polusi, dan menghemat sumber daya alam.
Aktivitas
bisnis international – masalah budaya
Seorang pemimpin
memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah
sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit.
Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam
mereka melakukan sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah
kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan
fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan
perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu
semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah
yang membentuk budaya itu (masalah budaya). Semua karena percontohan, penularan
dan panutan dari masing-masing pemimpin. Maka timbul paradigma, mengubah budaya
perusahaan itu sendiri. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan
seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat
mendorong terciptanya prilaku. Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya
prilaku yang tidak etis.
Akuntabilitas
Sosial
Akuntabilitas sosial merupakan proses
keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan pemerintah dalam
memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan penyelenggara
pemerintah. Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
1.
Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan
tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan.
2.
Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial
social accounting, social auditing
3.
Untuk menginternalisir biaya sosial dan
manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan
sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan. Salah satu alasan
utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam
pengukuran kontribusi dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah,
diantaranya: 1. Menentukan biaya dan manfaat sosialSistem nilai masyarakat merupakan
faktor penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat
diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan
mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik 2. Kuantifikasi
terhadap biaya dan manfaat saat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat
sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi. 3. Menempatkan nilai moneter
pada jumlah akhir.Tanggung Jawab Sosial Bisnis Dunia bisnis hidup
ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh
bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang
memperhatikan lingkungan. Banyak timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa
tanggungjawab bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang dan jasa buat
konsumen dengan harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab
bisnis adalah jangan mengambil keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya.Dalam dunia bisnis juga semua orang
tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya, banyak
praktik manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi. Moral
dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu
sendiri, karena masalahnya nilai etika hanya ada di dalam hati nurani
seseorang. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan hokum yang
mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui
bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya
baik dalam duniawi maupun akhirat.
Manajemen
Krisis
Manajemen krisis dapat diartikan sebagai respon pertama
perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis
yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis normal
yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Manajemen krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline. Manajemen krisis
adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah
jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang dikelola
dengan baik sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan
sangat membantu meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan
masyarakat luas akan kemampuan organisasi melewati masa krisis.
Terdapat enam aspek dalam penyusunan rencana bisnis yang
mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap
yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi
darurat (Emergency Respon).
2. Skenario
untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery)
3. Skenario
untuk pemulihan bisnis (Business Recovery)
4. Strategi
untuk memulai bisnis kembali (Business Resumption)
5. Menyusun
rencana-rencana kemungkinan (Contingency Planning)
6. Manajemen
Krisis (Crisis Management). Penanganan krisis pada hakekatnya dalam setiap
penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim
manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama
masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi
terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik
dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus
menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang
diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.
BAB
10
Perkembangan
Terakhir dalam Etika Bisnis dan Profesi
Sepanjang sejarah, kegiatan perdagangan atau bisnis tidak
pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis seumur dengan
bisnis itu sendiri. Sejak manusia terjun dalam perniagaan, disadari juga bahwa
kegiatan ini tidak terlepas dari masalah etis. Aktivitas perniagaan selalu
sudah berurusan dengan etika, artinya selalu harus mempertimbangkan apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Memang benar, sejak ditemukannya
bisnis, etika sudah mendampingi kegiatan manusiawi ini.
Namun demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana
dipahami dan dipraktekkan sekarang, tidak bisa disangkal juga, disini kita
menghadapi suatu fenomena baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis
mendapat perhatian begitu besar dan intensif seperti sekarang ini. Etika selalu
sudah dikaitkan dengan bisnis. Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula bisnis
dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan
wilayah-wilayah lain dalam kehidupan manusia deperti politik keluarga,
seksualitas, berbagai profesi, dan sebagainya. Jadi, etika dalam bisnis belum
merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan identitas tersendiri. Hal
itu baru tercapai dengan timbulnya “etika bisnis” dalam arti yang sesungguhnya.
Etika dalam bisnis mempunyai riwayat yang sudah panjang sekali, sedangkan umur
etika bisnis masih muda sekali. Kita baru bisa berbicara tentang etika bisnis
dalam arti spesifik setelah menjadi suatu bidang (field) tersendiri, maksudnya
suatu bidang intelektual dan akademis dalam konteks pengajaran dan penelitian
di peruguran tinggi. Etika bisnis dalam arti khusus ini untuk pertama kali
timbul di Amerika Serikat dalam tahun 1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan
dunia lainnya. Dengan memanfaatkan dan memperluas pemikiran De George ini kita
dapat membedakan lima periode dalam perkembangan etika dalam bisnis menjadi
etika bisnis.
- Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf
Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama
dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus
diatur. Dalam filsafat dan teologi Abad pertengahan pembahasan ini dilanjutkan,
dalam kalangan Kristen maupun Islam, Topik-topik moral sekitar ekonomi dan
perniagaan tidak luput pula dari perhatian filsafat (dan teologi) di zaman
modern. Dengan membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama paro
pertama abad ke-20, De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah
moral di sekitar ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi. Pada waktu
itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana masiswamempelajari masalah
– masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannyatentu berbeda, sejauh
mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau protestan.Dengan demikian
di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad ke-20 etikadalam
bisnis terutama dipraktekan
dalam konteks agama dan
teologi. Danpendekatanini masih berlangsung terus sampai hari ini,
di Amerika Serikat maupun ditempat lain.
- Tahun 1960-an
Dalam tahun 1960-an
terjadi perkembangan baru yang
dilihat sebagaipersiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam
dekade berikutnya. Dasawarsa1960-an ini di Amerika
Serikat (dan dunia barat pada
umumnya) ditandai olehpemberontakan terhadap kuasa dan otoritas,
revolusi mahasiswa (mulai di ibukotaPrancis bulan Mei 1968). Suasana tidak
tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh
kaum muda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak
puas ini mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di
Amerika serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka
terjadi antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani
kepentingan militer. Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran akan
masalah ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab masalah lingkungan
hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun dan sampah
nuklir.Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda – beda.
Salah satu reaksi paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social
issues dalam kuliah tentang
manajemen. Beberapa sekolah
bisnis mulai dengan mencamtumkan
mata kuliah baru di
kurikulumnya yang biasanya dibesi
nama Business and Society. Kuliah ini diberikan oleh Doden – Dosen
manajeman dan mereka menyusun buku – buku pegangan dan publikasi lain untuk
menunjang matakuliah itu. Pendekatan
ini diadakan dari segi
manajemen , dengan sebagaian melibatkan
juga hukum dan sosiologi,
tetapi teori etika filosofis
disini belum dimanfaatkan.
- Tahun 1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis
dengan identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika
sebelumnya etika hanya membicarakan aspek – aspek moral dari bisnis di samping
banyak pokok pembicaraan moral lainya
(etika dalam hubungan dengan
bisnis), kini mulai berkembang etika dalam arti
sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah
(teologi) membicarakan masalah – masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an
para filsuf memasuki wilayah penelitian ini dalam waktu singkat
menjadi kelompok yang paling
dominan. Sebagaian sukses usaha
itu, kemudian beberapa filsuf
memberanikan diri untuk terjun
kedalam etika bisnis sebagai sebuah cabang etika
terapan lainnya. Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu
bidang study yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika
pada awal tahun. 1970-an krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi
oleh krisis moral lebih umum yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada waktu
itu. Melatarbelakangi krisis moral yang umum itu , dunia bisnis amerika
tertimpa oleh kerisis moral yang khusus . Sebagaian sebagai reaksi atas
terjadinya peristiwa – peristiwa tidak etis ini pada awal tahun 1970-an dalam
kalangan pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi etika di bidang
bisnis. Salah satu usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata
kuliah dalam kurikulum ini ternyata berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya
etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis banyak
menyumbang kapada perkembangannya ke arah bidang ilmiah yang memiliki identitas
sendiri.
Terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis pada
tahun 1970-an yaitu:
- Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis.
- Terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
- Tahun 1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira – kira sepuluh tahun kemudian , mula – mula di inggris yang
secara geografis maupun kultural paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi
tidak lama kemudian juga negara– negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak
fakultas ekonomi atau sekolah bisnisdi Eropa mencantumkan mata kuliah etika
bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib di tempuh.
Sepuluh tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor etika bisnis pertama
di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business
Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari
universitas serta seklah bisnis
, para pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan
internasional seperti misalnya serikat buruh). Konferensi
EBEN yang pertama berlangsung
di Brussel (1987). Konferensi kedua di Barcelona (1989)
dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano (1990), London (1991), Paris
(1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St. GallenSwis
(1994), Breukelen , Belanda
(1995), Frankfurt (1996).
Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu telah diterbitkan dalam
bentuk buku.
- Tahun 1990-an
Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak
terbatas lagi pada dunia barat. Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan
dikembangkan di seluruh dunia, kita mendengar tentang kehadiran etika bisnis
amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runtuhnya komunisme disana sebagai
sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan bila etika bisnis mendapat
perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di luar dunia
barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah telah
didirikannya international society for business management economis and
ethics (ISBEE).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah:
- Pengendalian diri
- Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
- Menciptakan persaingan yang sehat
- Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
- Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
- Mampu menyatakan yang benar itu benar
- Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
- Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
- Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
- Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Referensi :
Hansen
and Mowen, Akuntansi Manajemen, dialihbasakan oleh Ancella A, Hermawan, Jakarta
: Erlangga, 1999Henry Simamora, 1999. Akuntansi Manajemen, Jakarta: Salemba
Empat.