Kamis, 09 April 2015

cerita tentang keadaan sekitar



Kerusakan Jalan yang Di Abaikan

Dalam sebuah daerah ada jalanan yang rusak dan hancur parah. Jalan itu berlubang besar dan banyak bebatuan besar, jalanan itu menimbulkan banjir atau becek apabila hujan turun dan menyebabkan lalu lintas menjadi tidak terjaga. Sampai sekarang pun jalan itu belum dibenahi oleh pihak manapun. Seolah – olah seperti tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, padahal jika jalanan itu bagus akan memperlancar lalu lintas supaya tidak ada kemacetan. Karena, apabila jalan yang rusak tersebut dibiarkan terlalu lama maka jalan itu akan semakin parah. Seharusnya warga sekitar juga ikut peduli terhadap lingkungan sekitar karena demi kebaikan kita semua, dan pemerintah pun juga harus ikut peduli. Mungkin orang – orang sekitar yang melewati jalan rusak itu juga merasa sangat tidak nyaman karena jalanan tersebut. Solusinya untuk warga disekitar adalah setiap warga harus ikut andil dalam kepedulian sosial minimal membuat iuran setiap bulannya untuk memperbaiki jalanan tersebut, agar kita yang melewati jalanan tersebut merasanya nyaman dan bukan merasakan jalanan rusak yang berlubang besar. Pemerintah pun juga harus peduli karena demi kepentingan masyarakat. Intinya, harus ada rasa kepedulian dan sosial dalam setiap individu. 

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA



PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI 

Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat.dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan.ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini.salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.
Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.

Kondisi Perekonomian Indonesia Dilihat dari PDB
Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.

Pihak Swasta
Adanya lembaga – lembaga swadaya masyarakat, seperti Dompet Dhu’afa, bekerja sama dengan Institut Kemandirian yang berusaha mencetak kaum muda berpotensi meenjadi hebat sebagai pejuang ekonomi adalah cara salah satu membuat pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh semakin banyak rakyat Indonesia.

Pihak Pemerintah
Sinergi antar kementrian  harus dibuat semakin solid dan saling mendukung sehingga tidak tumpang tindih dan lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat. Kampanye pembentuka jiwa kewirausahaan , seperti seminar bertaraf internasional\, adalah salah satu jalan membangkitkan potensi jiwa – jiwa pejuang ekonomi yang pantang menyerah dan penuh kreativitas tinggi.
Dampak Globalisasi ekonomi positif dan dampak globalisasi negatif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia usaha. Ketika kita berfikir menjadi pengusaha dan memanfaatkan setiap peluang usaha yang kita miliki sebenarnya saat itu kita masuk kedalam sebuah sistem ekonomi dan yang paling populer adalah sistem ekonomi kapitalis yang menjadi bagian integral dari proses globalisasi. Ada banyak pengertian globalisasi yang secera umum mempunyai kemiripan salah satu pengertian globalisasi adalah proses yang melintasi batas negara di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain .
Sebagaimana sebuah sistem globalisasi ekonomi mempunyai dampak positif dan juga dampak negatif, terlepas dari pendapat pro globalisasi ekonomi dan kontra globalisasi ekonomi kita akan mencoba menelaah secara sederhana dampak postif globalisasi ekonomi dan dampak negatif globalisasi ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi ditilik dari aspek kreatifitas dan daya saing dengan semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor maka diharapkan tumbuhnya kreatifitas dan peningkatan kualitas produksi yang disebabkan dorongan untuk tetap eksis ditengah persaingan global, secara natural ini akan terjadi manakala kesadaran akan keharusan berinivasi muncul dan pada giliranya akan menghasilkan produk2 dalam negeri yang handal dan berkualitas.
Disisi lain kondisi dimana kapababilitas daya saing yang rendah dan ketidakmampuan Indonesia mengelola persaingan akan menimbulkan mimpi buruk begi perekonomian negeri ini, hal ini akan mendatangkan berbaga dampak negatif globalisasi ekonomi seperti membajirnya produk2 negeri asing seperti produk cina yang akhirnya mamatikan produksi dalam negeri, warga negara Indonesia hanya akan menjadi tenaga kasar bergaji murah sedangkan pekerjaan pekerjaan yang membutuhkan skill akan dikuasai ekspatriat asing, dan sudah barang tentu lowongan pekerjaan yang saat ini sudah sangat sempit akan semakin habis karena gelombang pekerja asing.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek permodalan, dari sisi ketersediaan akses dana  akan semaikin mudah memperoleh investasi dari luar negeri. Investasi secara langsung seperti pembangunan pabrik akan turut membuka lowongan kerja. hanya saja dampak positif ini akan berbalik 180 derajat ketika pemerintah tidak mampu mengelola aliran dana asing, akan terjadi justru penumpukan dana asing yang lebih menguntungkan pemilik modal dan rawan menimbulkan krisis ekonomi karena runtuhnya nilai mata uang Rupiah. Belum lagi ancaman dari semakin bebas dan mudahnya mata uang menjadi ajang spekulasi. Bayangkan saja jika sebuah investasi besar dengan meilbatkan tenaga kerja lokal yang besar tiba2 ditarik karena dianggap kurang prospek sudah barang tentu hal ini bisa memengaruhi kestabilan ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari sisi  semakin mudahnya diperoleh barang impor yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa diproduksi di Indonesia, alih tehnologi juga bisa terbuka sangat lebar, namun kondisi ini juga bisa berdampak buruk bagi masyarakat karena kita cenderung hanya dijadikan objek pasar, studi kasus seperti produksi motor yang di kuasai Jepang, Indonesia hanya pasar dan keuntungan penjualan dari negeri kita akan dibawa ke Jepang memperkaya bangsa Jepang. Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek  meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Globalisasi dan liberalisme pasar dikampayekan oleh para pengusungnya sebagai cara untuk mencapai standar hidup yang lebih tinggi, namun bagi para penentangnya globalisasi hanya kedok para kapitalis yang akan semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara  kaya dengan negara berkembang dan miskin. Penguasaan kapital yang lebih besar dengan menciptakan pasar global terutama di dunia ketiga yang diyakini tidak akan mampu memenuhi standar tinggi produk global akan membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. So pilihan akan keblai kekita mana yang kita pilih Dampak Globalisasi ekonomi positif atau dampak globalisasi negatif.







THRESHOLD OF REAL EXCHANGE RATE AND THE PERFORMANCE OF MANUFACTURING INDUSTRY IN INDONESIA

This paper analyzes the presence of the threshold of the real rupiah exchange rate which influences the profitability of manufacturing industry in Indonesia. By using a non-dynamics panel data over medium and large scale companies during 2001-2009, we found the threshold of 82.4 for the real rupiah exchange rate (REER). The REER index ranging from 82.24 to 101.13 with the change value between -5.01% and 20.09% (yoy) is secure for the profitability of Indonesian manufacturing industry. This paper also conform the significant affect of Total Factor Productivity on firm’s profitability.
Abstract
Keywords: Profitability, Manufacturing industry, exchange rate JEL classification: F1, D21, L6
Researcher on Economic Research Group, Department of Ecomomic Research and Monetary Policy, Bank Indonesia.The views on this paper is solely of the authors and not necessarily reflect the views of Bank Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 16, Nomor 4, April 2014
I. PENDAHULUAN
Sektor industri pengolahan dalam perekonomian Indonesia memiliki peran yang strategis karena kontribusinya yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup besar, penyumbang utama dalam struktur ekspor nonmigas, dan keterkaitan yang kuat dengan sektor-sektor lainnya, baik ke depan maupun ke belakang, berada di atas rata-rata sektor secara keseluruhan, (Surjaningsih and Permono, 2014). Pada sisi lain, nilai tukar Rupiah merupakan variabel makroekonomi penting. Dalam tataran makro, perkembangan variabel ini akan berpengaruh terhadap inflasi dan output suatu perekonomian. Nilai tukar Rupiah memiliki dampak pass-through terhadap inflasi IHK dengan terlebih dahulu melalui harga impor. Sementara itu, dampak terhadap output adalah melalui kegiatan perdagangan internasional. Depresiasi nilai tukar akan berdampak positif terhadap ekspor suatu negara karena harga barang yang diekspor akan menjadi lebih murah jika dikonversikan dalam mata uang negara pengimpor. Sementara itu kajian mengenai dampak nilai tukar terhadap sisi mikro, khususnya terhadap kinerja industri pengolahan, relatif masih terbatas. Salah satu kajian yang membahas isu ini dilakukan oleh Surjaningsih, et. al. (2011) yang menemukan dampak positif nilai tukar rupiah riil terhadap kinerja industri pengolahan. Apresiasi nilai tukar Rupiah riil berdampak positif terhadap profitabilitas subsektor industri pengolahan. Temuan ini terkait dengan karakteristik produksi di subsektor industri pengolahan yang masih membutuhkan bahan baku impor. Walaupun demikian, dampak positif tersebut akan berkurang sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan ekspor dibandingkan impor. Analisis oleh Yanuarti (2006) dengan menggunakan Tabel Input-Output menghasilkan kesimpulan yang sejalan dengan penelitian tersebut, yaitu apresiasi nilai tukar akan menyebabkan output pada industri pengolahan meningkat. Hanya saja, salah satu kelemahan penggunaan Tabel I-O adalah model yang digunakan belum memperhitungkan kemungkinan penurunan permintaan output industri yang berasal dari ekspor sebagai akibat dari turunnya daya saing.Dalam kondisi lingkungan global saat ini, potensi terjadinya apresiasi nilai tukar negara emerging, termasuk Indonesia, cukup besar. Potensi tersebut muncul karena adanya global excess liquidity dan terjadinya two-speed recovery pertumbuhan ekonomi dunia yang mengakibatkan aliran modal banyak mengalir ke kelompok negara emerging. Kondisi fundamental dan tingkat imbal hasil kelompok negara emerging yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan kelompok negara maju menjadi push factor bagi masuknya aliran modal ke kelompok negara emerging.Mempertimbangkan kondisi eksternal tersebut, diperlukan penelitian tentang Threshold apresiasi nilai tukar Rupiah yang masih memberikan dukungan bagi kinerja sektor industri pengolahan.

2. Dampak Apresiasi Nilai Tukar terhadap Kinerja Industri Pengolahan, Tri Yanuarti (2006), Catatan Riset.

Threshold of Real Exchange Rate and The Performance of Manufacturing Industry in Indonesia
Tujuan dari riset ini adalah untuk mencari Threshold nilai tukar Rupiah riil, baik dalam level maupun pertumbuhan, yang berpengaruh negatif terhadap kinerja industri pengolahan. Manfaat yang diharapkan adalah tersedianya informasi tentang level dan perubahan nilai tukar riil Rupiah yang memberikan tekanan terhadap kinerja industri pengolahan.Bagian selanjutnya dari paper ini mengulas teori. Bagian ketiga mengulas data dan metodologi yang digunakan, sementara bagian keempat mengulas hasil dan analisis. Bagian kelima menyajikan kesimpulan dan menjadi bagian penutup dari paper ini.

II. TEORI
Dalam teori ekonomi, produsen diasumsikan berperilaku rasional, yaitu berusaha memaksimalkan laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, produsen akan dihadapkan pada 2 (dua) keputusan, yaitu berapa output yang harus diproduksi dan berapa serta bagaimana kombinasi faktor produksi yang akan digunakan. Keputusan yang harus dipilih produsen ini didasarkan pada asumsi bahwa produsen beroperasi dalam pasar persaingan sempurna. Di pasar persaingan sempurna, harga input dan output yang dihadapi produsen ditentukan oleh pasar, sehingga produsen tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pasar. Sebaliknya, dalam pasar persaingan tidak sempurna dan pasar monopoli, produsen dapat menetapkan harga output, sehingga produsen akan dihadapkan pada satu keputusan lagi, yaitu berapa harga jual output yang akan dibebankan kepada konsumen.Penelitian yang melihat pengaruh pergerakan nilai tukar terhadap kinerja perusahaan, khususnya di sektor manufaktur, relatif terbatas. Diantara segelintir penelitian tentang topik ini, Fung melakukan penelitian dengan studi kasus perusahaan di Kanada dengan memasukkan unsur nilai tukar ke dalam teori Krugman tentang monopolistic competition. Fung (2007) meneliti dampak nilai tukar terhadap extensive dan intensive margin perusahaan dan menyimpulkan adanya dampak negatif apresiasi nilai tukar terhadap extensive margin. Dampak negatif tersebut mengurangi probabilitas survival dan entry rate perusahaan ke industri. Penjelasan atas kesimpulan tersebut adalah bahwa apresiasi nilai tukar domestik memberikan cost advantage kepada perusahaan asing dan memaksa perusahaan domestik berproduktivitas rendah keluar dari industri. Sedangkan efek apresiasi nilai tukar terhadap perusahaan domestik yang tetap bertahan (intensive margin) adalah berkurangnya jumlah penjualan perusahaan. Dalam kasus exit rate tinggi, apresiasi nilai tukar berdampak positif terhadap penjualan, dan sebaliknya.Dalam penelitian tersebut, Fung mengasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi. Apresiasi nilai tukar domestik akan menguntungkan perusahaan di luar negeri karena biaya produksinya menjadi lebih murah dalam domestic currency, yang di sisi lain meningkatkan kompetisi bagi perusahaan domestik baik di pasar domestik maupun pasar ekspor. Untuk dapat bertahan dalam kondisi kompetisi yang meningkat, perusahaan domestik harus menurunkan mark-up pricing-nya, sehingga jika perusahaan domestik tidak bekerja di skala yang ekonomis akan keluar dari pasar.Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 16, Nomor 4, April 2014 Selain Fung, Baggs (2007) melakukan penelitian yang serupa namun dengan memasukkan heterogenitas produktivitas perusahaan yang dalam penelitian Fung dianggap homogen. Penyempurnaan ini dilakukan dengan mengkombinasikan model Fung dengan model perdagangan internasional dan heterogenitas perusahaan oleh Melitz (2003) dan Mellitz dan Ottviano (2005). Baggs menyimpulkan bahwa peningkatan kompetisi akibat adanya perdagangan dunia memaksa perusahaan dengan produktivitas rendah keluar dari pasar dan memberikan keuntungan bagi perusahaan yang lebih produktif berupa ekspansi market share.Dengan kata lain, peningkatan kompetisi akibat apresiasi nilai tukar domestik menyebabkan perusahaan domestik mengurangi mark up pricing agar dapat bertahan di pasar. Sedangkan bagi perusahaan yang kurang produktif upaya menurunkan mark uptidak mungkin dilakukan, sehingga harus keluar dari pasar (exit). Sebaliknya, depresiasi nilai tukar domestik akan menguntungkan perusahaan domestik karena meningkatkan posisi kompetitifnya di pasar internasional, sehingga menarik perusahaan baru untuk masuk ke pasar (entry) dan mengurangi kemungkinan gagalnya perusahaan domestik, termasuk perusahaan yang produktivitasnya lebih rendah. Pada 2011, Baggs et.al melakukan penelitian lain tentang hubungan nilai tukar dan kondisi perusahaan.Penelitian ini menemukan dampak pergerakan nilai tukar riil Kanada terhadap ukuran perusahaan, tingkat profit dan survival perusahaan di Kanada. Apresiasi nilai tukar riil Kanada berdampak negatif terhadap intensive margin, yang diukur dengan tingkat penjualan dan employment, dan terhadap profit. Dalam jangka pendek, pergerakan nilai tukar menyebabkan perusahaan di Kanada untuk menyerap dampak yang ditimbulkan daripada mengubah ukuran perusahaan. Untuk melihat dampaknya, Baggs menggunakan persamaan sebagai berikut: 3Baggs, J. Et.al. (2011), “Exchange Rate Movements and Firm Dynamics in Canadian RetailIndustries”4Robustness test yang dilakukan : uji Allerano-Bond, Sargan Test untuk menentukan model panel dinamis atau statis, serta Hausman Test untuk menentukan random effect atau fixed effect.lnᡂᡰᡧᡘᡡᡲᡘᡲ= +().1 +.2lnᡖᡲlnᠱᡄᡡᡲ+‑ᡶᡘᡲ−1+ ‒ᡷᡡᡲ−1+–ᡘᡲdimana ln Profitft= logaritma profit perusahaan; dft=jarak lokasi perusahaan dengan perbatasan Kanada-US; ERit= industry-specific real Kanada-US bilateral exchange rate; xft-1= vector dari lagged firm-level controls, antara lain umur perusahaan, Leverage dan ukuran perusahaan; y =variabel kontrol untuk industri dan agregat makroekonomi, yaitu pertumbuhan penjualan industri, tingkat konsentrasi industri, dan PDB Kanada. Untuk kasus Indonesia, Surjaningsih, et.al (2011) meneliti dampak nilai tukar Rupiah terhadap kinerja industri pengolahan di Indonesia. Penelitian memanfaatkan data Statistik Industri Besar dan Sedang tahun 2000-2007 dengan metode unbalanced panel statis fixed effect. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja



























sumber :
bi.go.id
https://caturdj.wordpress.com/perekonomian-indonesia-saat-ini/

EXPORT

EXPORT


PERKEMBANGAN EKSPOR NONMIGAS (PROVINSI)



(Nilai : Juta US$)

























NO Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Trend(%) 2010-2014 Perub.(%) 2014/2013 Peran.(%) 2014 Jan-Jan Perub.(%) 2015/2014 Peran.(%) 2015
2014 2015
1 D K I JAKARTA 39.546,2 46.375,8 48.061,1 47.309,1 48.012,9 4,16 1,49 32,89 3.729,1 3.819,7 2,43 33,87
2 JAWA TIMUR 12.775,8 17.179,6 16.799,7 16.184,6 14.415,4 1,83 -10,93 9,88 1.116,5 913,0 -18,23 8,09
3 KALIMANTAN TIMUR 13.805,5 17.423,7 15.524,5 15.055,2 17.984,0 3,90 19,45 12,32 1.589,4 1.749,9 10,10 15,51
4 R I A U 10.141,5 13.363,9 12.588,1 11.660,7 12.057,2 2,12 3,40 8,26 900,5 880,6 -2,21 7,81
5 RIAU ISLANDS 8.527,6 10.530,2 9.586,2 10.801,5 10.134,2 3,78 -6,18 6,94 1.023,9 645,8 -36,93 5,73
6 SUMATERA UTARA 9.107,0 11.882,8 10.392,5 9.597,3 9.361,0 -1,57 -2,46 6,41 720,1 624,9 -13,22 5,54
7 KALIMANTAN SELATAN 6.373,3 9.708,6 9.610,7 8.847,2 8.028,7 3,76 -9,25 5,50 664,8 385,4 -42,02 3,42
8 JAWA TENGAH 3.674,0 4.259,6 4.513,0 4.871,9 5.297,2 9,05 8,73 3,63 422,4 418,4 -0,95 3,71
9 LAMPUNG 2.467,4 3.222,6 3.698,4 3.892,3 3.856,6 11,43 -0,92 2,64 277,3 169,4 -38,94 1,50
10 SUMATERA SELATAN 3.013,4 4.556,0 3.733,6 3.294,1 2.494,1 -6,78 -24,29 1,71 227,7 184,5 -18,98 1,64
11 WEST SUMATRA 5.081,3 3.661,6 2.122,2 2.731,1 1.536,1 -23,55 -43,76 1,05 135,1 148,2 9,67 1,31
12 SULAWESI SELATAN 2.214,8 3.031,8 2.363,6 2.209,0 2.105,6 -4,09 -4,68 1,44 161,9 142,4 -12,01 1,26
13 BANGKA BELITUNG 1.083,6 2.208,8 2.062,7 2.028,4 1.014,8 -2,14 -49,97 0,70 185,7 2,2 -98,83 0,02
14 PAPUA 1.653,0 2.381,3 1.762,0 1.596,7 1.653,1 -3,92 3,54 1,13 101,1 118,5 17,21 1,05
15 IRIAN JAYA BARAT 2.318,8 1.904,0 1.559,8 1.575,8 1.747,9 -7,27 10,92 1,20 107,8 110,5 2,53 0,98
16 SULAWESI UTARA 922,1 1.867,8 1.309,5 1.356,7 661,4 -9,37 -51,25 0,45 79,5 43,7 -44,98 0,39
17 J A M B I 541,5 1.095,9 1.060,6 975,9 326,4 -10,67 -66,56 0,22 98,7 0,0 -100,00 0,00
18 BANTEN 1.209,1 1.750,6 1.113,8 950,4 889,6 -11,53 -6,40 0,61 76,1 71,5 -5,96 0,63
19 JAWA BARAT 534,9 695,0 967,9 788,7 836,9 10,75 6,11 0,57 75,9 44,9 -40,83 0,40
20 KALIMANTAN BARAT 443,1 465,7 418,1 767,5 496,4 7,54 -35,32 0,34 55,5 29,5 -46,85 0,26
21 KALIMANTAN TENGAH 375,9 749,5 957,4 739,2 1.003,8 21,54 35,80 0,69 73,2 85,5 16,70 0,76
22 SULAWESI TENGGARA 293,5 608,5 551,2 730,6 29,8 -35,54 -95,92 0,02 20,2 1,3 -93,65 0,01
23 NUSA TENGGARA BARAT 577,5 806,4 562,6 609,3 875,9 5,68 43,74 0,60 40,8 45,4 11,23 0,40
24 B A L I 1.994,9 1.137,1 596,5 400,1 307,5 -38,02 -23,15 0,21 25,9 0,0 -100,00 0,00
25 SULAWESI BARAT 372,1 375,4 347,0 327,9 298,3 -5,61 -9,01 0,20 23,1 17,7 -23,43 0,16
26 SULAWESI TENGAH 395,8 323,5 305,0 272,0 140,1 -20,16 -48,51 0,10 19,5 0,7 -96,39 0,01
27 BENGKULU 129,2 246,8 271,3 154,1 95,9 -10,12 -37,77 0,07 7,1 6,9 -3,57 0,06
28 M A L U K U 73,7 91,7 108,6 126,4 91,6 7,86 -27,50 0,06 7,7 1,5 -80,77 0,01
29 MALUKU UTARA 24,9 77,3 60,1 33,2 4,1 -36,11 -87,78 0,00 1,4 4,4 206,28 0,04
30 D.I. YOGYAKARTA 12,9 12,6 13,0 16,2 16,9 8,25 4,45 0,01 1,5 1,0 -33,23 0,01
31 NUSA TENGGARA TIMUR 15,6 19,5 7,8 10,4 16,2 -5,29 55,67 0,01 1,0 1,1 14,26 0,01
32 GORONTALO 15,3 3,3 14,1 5,2 15,1 4,26 187,07 0,01 0,0 1,7 0,00 0,02
33 NANGROE ACEH DARUSALAM 24,0 2,7 0,0 0,0 156,2 0,00 0,00 0,11 0,0 0,0 0,00 0,00
NON MIGAS 129.739,5 162.019,6 153.043,0 149.918,8 145.960,8 1,59 -2,64 100,00 11.970,6 11.279,0 -5,78 100,00














Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan







sumber :

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-import-provincial








ETIKA PROFESI AKUNTANSI (SOFTSKILL) BAB 8,9,10

BAB 8 Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen Tanggung jawab Akuntan Keuangan dan Akuntan Manajemen Etika dalam ...