Rabu, 06 Mei 2015

Tugas



TUJUH MASALAH KETENAGAKERJAAN

Top of Form
Bottom of Form
Tujuh Masalah Ketenagakerjaan di 2014

Ada tujuh masalah ketenagakerjaan yang layak mendapat perhatian karena sering diberitakan tahun lalu. Masalah-masalah itu pun belum terselesaikan dengan baik, atau masih potensial terjadi pada 2015 ini sehingga perlu mencarikan solusi sejak awal tahun.

1.          Outsourcing

Persoalan yang menyelimuti isu tenaga alih daya atau outsourcing seolah tak kunjung usai. Pada 2014 Menakertrans berencana membentuk Pokja Outsourcing guna menuntaskan persoalan itu. Masalah serupa juga ditemui dalam praktik outsourcing di BUMN. Walau panja outsourcing di BUMN yang dibentuk Komisi IX DPR sudah menerbitkan rekomendasi sejak Oktober 2013, namun sampai sekarang instansi terkait seperti Kementerian BUMN dan jajaran direksi BUMN belum melaksanakan amanat itu sepenuhnya. Padahal, Kejaksaan sudah memberikan legal opinion sebagai upaya menyelesaikan masalah outsourcing di BUMN. Ujungnya, persoalan outsourcing di BUMN sampai 2014 belum tuntas dan diyakini bakal terus mencuat pada 2015.

2.          Pengupahan

Persoalan upah memang begitu kompleks. Apalagi berkaitan dengan Upah Minimum. Kalangan serikat pekerja mendesak Permenakertrans No. 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum dicabut karena berpotensi menghilangkan upah minimum sektoral provinsi atau kabupaten/kota. Dukungan terhadap buruh Indonesia untuk mendapat upah layak juga disuarakan federasi serikat pekerja internasional. Buruh meminta pemerintah untuk memperhatikan upah layak bagi buruh yang sudah berkeluarga. Pasalnya, selama ini pengupahan khsususnya upah minimum hanya mengatur buruh lajang. Aturan itu diharapkan masuk dalam RPP Pengupahan yang masih digodok pemerintah (Kemenaker).

3.          Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kecelakaan kerja di Freeport bukan satu-satunya yang terjadi. Sejumlah pekerja kehilangan nyawa sepanjang 2014 gara-gara kurangnya perhatian pada K3. Pada tahun ini, isu K3 kemungkinan masih layak diperhatikan terutama para pemangku kepentingan.

4.          PHK Massal

PHK massal dipengaruhi pula oleh kondisi perekonomian nasional. Semakin buruk perekonomian, semakin besar peluang perusahaan tutup operasi. Selain PHK massal, PHK dalam skala kecil, apalagi yang bisa dihitung dengan jari, terus terjadi. Pemerintah bahkan menambah jumlah Pengadilan Hubungan Industrial.

5.          Tenaga Kerja Indonesia

Masalah pengiriman dan perlindungan TKI di luar negeri masih menjadi pekerjaan rumah. Sejumlah pihak berharap Jokowi-JK bisa menyelesaikan masalah ini. Salah satu yang membuat miris adalah pemenjaraan TKI di luar negeri, dan tak sedikit yang menghadapi tiang gantungan. Belum lagi mereka yang kesandung kasus lain. Awal 2014 Indonesia dikejutkan penembakan tiga TKI asal Lombok oleh Polisi Diraja Malaysia.
 

6.          Penatalaksana Rumah Tangga

Nasib PRT masih tak akan banyak beranjak karena perlindungan kepada mereka, terutama berkaitan dengan kontrak kerja dan hak-hak mereka
belum sepenuhnya terlindungi. Dalam konteks inilah ada yang mengusulkan payung hukum guna melindungi para penatalaksana rumah tangga tersebut.

7.          Tenaga Kerja Asing

Indonesia akan memasuki era baru perdagangan regional bernama Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pada rezim bisnis ini, arus keluar masuk tenaga kerja dan barang akan intens. Tenaga Kerja Asing (TKA) diprediksi semakin banyak datang dan bekerja di Indonesia. pemerintah memang sudah membuat aturan yang membatasi jabatan-jabatan yang boleh atau tidak boleh diduduki TKA.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS



FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS

Pengertian Kurs
Kurs Nilai Tukar Mata Uang yang lainnya disebut Kurs, Menurut Paul R Krugman danMaurice (1994 : 73) adalah Harga sebuah Mata Uang dari suatu negara yangdiukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.Menurut Nopirin (1996 : 163) Kurs adalah Pertukaran antara dua Mata Uang yangberbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua Mata Uangtersebut.Menurut Salvator (1997 : 10) Kurs atau Nilai Tukar adalah Harga suatu Mata Uangterhadap Mata Uang lainnya
Macam – macam kurs
Valuta  asing  atau  mata  uang  asing  adalah  alat  pembayaran  luar  negeri. Jika kita mengimpor mobil dari Jepang, kita dapat membayarnya dengan yen. Yen bagi kita merupakan valuta asing. Apabila kita membutuhkan valuta asing, kita  harus  menukarkan  rupiah  dengan  uang  asing  yang  kita  butuhkan. Perbandingan nilai mata uang asing dengan mata uang dalam negeri (rupiah) disebut  kurs.  Adapun  macam-macam kurs  yang  sering  kamu  temui  di  bank atau  tempat  penukaran  uang  asing  (money  changer),  di  antaranya  sebagai berikut :
·         Kurs  beli,  yaitu  kurs  yang  digunakan  apabila  bank atau  money  changer membeli valuta asing atau apabila kita akan menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah. Atau dapat diartikan sebagai kurs yang diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta asing.
·         Kurs  jual,  yaitu  kurs  yang  digunakan  apabila  bank atau  money  changer menjual  valuta  asing  atau apabila kita  akan  menukarkan  rupiah  dengan valuta asing yang kita butuhkan. Atau dapat disingkat kurs jual adalah harga jual mata uang valuta asing oleh bank atau money changer.
·         Kurs tengah, yaitu  kurs antara kurs jual dan  kurs beli  (penjumlahan kurs beli dan kurs jual yang dibagi dua).
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar (kurs)
Terdapat 5 kelompok utama yang dapat mempengaruhi nilai tukar (pergerakan nilai mata uang), yaitu:

1.      Perbedaan penawaran dan permintaan
Valuta asing (forex) sebagai benda ekonomi mempunyai permintaan dan penawaran pada pasar forex (forex market).  Sumber penawaran (supply) terdiri dari:
A.    ekspor barang/jasa yang menghasilkan forex
B.     impor modal (capital import) dan transfer valas lainnya.
Sumber permintaan (demand) terdiri dari:
A.    impor barang/jasa yang menggunakan forex; dan
B.     ekspor modal (capital export) dan transfer valas lainnya.
Jika permintaan akan suatu mata uang meningkat maka nilai mata uang tersebut akan menguat, dan akan terjadi sebaliknya jika penawaran akan suatu mata uang yang meningkat.

2.      Posisi neraca pembayaran (Balance of payment)
Neraca pembayaran (balance of payment) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan, dan moneter antara penduduk suatu negara dengan penduduk luar negeri untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Umumnya, struktur neraca pembayaran suatu negara adalah sebagai berikut:
A.    Current account (1 + 2 + 3)
Ø  Trade balance (nilai ekspor dikurangi nilai impor)
Ø  Service account
Ø  Unilateral account
B.     Capital account (1 - 2)
Ø  Capital import
Ø  Capital export
C.     Perubahan cadangan devisa
D.    Error dan omission
E.     Monetary account
Bagi kalangan bisnis, biasanya yang diperhatikan terutama adalah trade balance, current account, dan capital account.

3.      Tingkat inflasi (Inflation rate)
Berikut ini adalah ilustrasi tentang bagaimana tingkat inflasi mempengaruhi forex; Misalkan tingkat inflasi di Amerika Serikat sebesar 4%, sedangkan tingkat inflasi di Inggris adalah 1,5%. Barang-barang yang diperdagangkan di Amerika Serikat dan Inggris relatif sama dan substitusi. Dalam situasi ini maka harga barang di Amerika Serikat akan lebih mahal. Hal ini akan menimbulkan kecenderungan para pengusaha/pedagang untuk membeli (mengimpor) dari Inggris. Impor yang meningkat akan menyebabkan bertambahnya permintaan akan GBP sehingga nilai GBP akan menguat terhadap USD.

4.      Tingkat bunga (Interest rate)
Bagaimana tingkat bunga mempengaruhi forex adalah hampir sama dengan bagaimana tingkat inflasi mempengaruhi forex. Jika tingkat bunga suatu negara lebih tinggi dari tingkat bunga di negara lain maka ada kecenderungan dana dari negara yang tingkat bunganya lebih rendah akan masuk ke negara tersebut. Hal ini menyebabkan bertambahnya permintaan akan mata uang yang tingkat bunganya lebih tinggi sehingga nilai mata uang negara tersebut menjadi menguat.

5.      Tingkat pendapatan
Jika pertumbuhan pendapatan di suatu negara meningkat maka akan menyebabkan meningkatnya konsumsi atas berbagai macam barang dan jasa. Jika tidak terjadi peningkatan penawaran barang/jasa maka akan memicu impor barang/jasa dari negara lain. Dengan meningkatnya impor barang/jasa maka terjadi kenaikan permintaan mata uang negara eksportir. Peningkatan permintaan mata uang negara eksportir pada akhirnya akan menaikan nilai tukar mata uang negara eksportir tersebut.

6.      Pengawasan pemerintah (Intervention)
Pengawasan pemerintah biasanya dilakukan melalui berbagai bentuk kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri. Misalnya pengawasan lalu lintas devisa, peningkatan trade barrier, pengetatan jumlah uang beredar (tight money policy), perubahan tingkat bunga, dll. Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan akan mempengaruhi permintaan atau penawaran valuta asing yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang.

7.      Ekspektasi dan isu/rumor
Adanya ekspektasi (harapan) untuk berubahnya sesuatu indikator ekonomi akan mempengaruhi nilai mata uang. Demikian pula halnya dengan isu/rumor politik dan ekonomi yang berkembang dimasyarakat dapat mempengaruhi nilai mata uang




















































































KEBIJAKAN SEKTOR RILL



SEKTOR RILL
     DALAM
PEREKONOMIAN INDONESIA

Sektor riil/real itu pengertiannya adalah sektor usaha kecil yang ada di masyarakat terutama rakyat kecil. Contoh :  pertanian, pertambangan, dan industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional. Sektor non-riil adalah sektor lainnya seperti: listrik, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa (pemerintahan, sosial, perorangan).
Sistem perekonomian Indonesia terdiri dari sektor riil dan sektor keuangan. Faktor yang berpengaruh kuat dalam sektor riil adalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia berperan penting dalam membangun perekonomian Indonesia melalui sektor riil. Kebijakan pemerintah di pasar tenaga kerja sedikit banyak dipengaruhi oleh ILO. International Labor Organization (ILO) merupakan badan PBB yang membantu memajukan tenaga kerja dan memberikan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi yang aman dan setara. Fokus yang dari konvensi ILO yang dapat diambil adalah Pelatihan dan Bimbingan keterampilan terhadap tenaga kerja di Indonesia. Dengan adanya pelatihan dan bimbingan, maka kualitas sumber daya manusia akan meningkat. Sehingga produktivitas dari tenaga kerja tersebut dapat meningkat. Diharapkan pelatihan dan bimbingan ini juga melahirkan pekerja yang profesional, produktif, mandiri, dan beretos kerja tinggi. Hal ini telah diakui bahwa keterampilan, kemampuan, dan investasi di bidang pendidikan dan pelatihan merupakan kunci untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Dengan adanya konvensi ILO mengenai pelatihan dan bimbingan keterampilan kerja, diharapkan pelatihan dan bimbingan keterampilan kerja tersebut dapat meningkatkan kualitas SDM sehingga membuat para investor ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
Tidak hanya pada sudut pandang pelatihan dan bimbingan tenaga kerja saja, akan tetapi SDM kita perlu ditingkatkan dengan menigkatkan kualitas pendidikan. Kondisi pendidikan dan kesehatan yang baik merupakan prasayat terbentuknya SDM yang berkualitas, yang nantinya akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Hal ini sejalan dengan tujuan kedua dari delapan Tujuan Pembangunan Millenium (TPM) atau Millennium Development Goals (MDGs) adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua.
Dalam upaya meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan nasional, pemerintah telah mengucurkan bantuan dana pembangunan pendidikan dalam bentuk dana alokasi khusus atau DAK di bidang pendidikan. Tetapi yang terjadi di lapangan adalah Dana Bantuan Sekolah (BOS) tersebut lebih banyak memicu tindakan korupsi. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya perbaikan birokrasi, khususnya di dinas pendidikan, agar dana BOS dapat dijalankan sesuai dengan target dan tepat guna.
Dalam sektor riil, ada dua sektor yang berperan penting yaitu sektor pertanian dan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah /UMKM. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pertumbuhan. Hal ini dibuktikan dengan pada tahun 2009, sektor pertanian menempati peringkat kedua terbesar dalam perekonomian dengan nilai kenaikan sebesar Rp. 858,3 trilyun atau 15,3 persen dari PDB.
Untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di desa, perlu dilakukan strategi kegiatan agribisnis. Kegiatan agribisnis inilah yang akan menjadi basis pertanian yang mendukung sektor pertanian dari hulu sampai ke hilir untuk sektor manufaktur.  Dengan begitu kegiatan agribisnis diharapkan adanya nilai tambah yang akan direalisasikan di desa. Ketika kegiatan agribisnis maju, maka akan  mengurangi tingkat urbanisasi yang menjadi faktor dari masalah kemiskinan di kota.
Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) juga dapat memberikan kontribusi positif bagi perekekonomian di Indonesia. UMKM merupakan salah satu jalan bagi rakyat yang ingin lebih produktif dengan membuka usaha (entrepreneurship). Pemerintah pun mendukung kegiatan UMKM dengan dikeluarkannya program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Program KUR ini sejalan dengan kosep liberarisasi keuangan yang juga diforumkan dalam Microcredit Summit Campaign. Dengan bertambah mudahnya akses kredit perbankan yang difasilitasi oleh pemerintah melalui program KUR, maka akan membantu percepatan pertumbuhan ekonomi di sektor riil, melalui pertumbuhan di UMKM.
Pertumbuhan Perekenomian Indonesia juga kita lihat dari perjanjian perdagangan internasional dalam kesepakatan  Asean-China Free Trade Area (ACFTA). Salah satu tujuan utama perjanjian perdagangan internasional adalah berupaya mengurangi atau menghilangkan hambatan perdagangan, berupa tarif, dan sebagainya. Akan tetapi, menurut hasil penelitian adalah ACFTA justru merugikan Indonesia ketika melakukan perdagangan dengan sesama anggota ASEAN. Indonesia malah mengalami keuntungan ketika melakukan perdagangan yang dilakukan dengan sesama anggota ACFTA secara akumulatif dan dengan negara China. Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah mengikuti kesepakatan ACFTA mengalami peningkatan.
Kebijakan fiskal juga berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari pertumbuhan PDB riil, stabilitas tingkat inflasi, tingkat pengangguran, dan stabilitas nilai tukar rupiah. Indonesia menganut  sistem anggaran defisit. Pemerintah juga mendukung desentraslisasi fiskal yang bertujuan agar pemerintah daerah memiliki dana cukup selain dari pendapatan daerah untuk pembangunan di daerahnya, terutama untuk mengejar ketertinggalan dari daerah pusat dan pemerataan. Diharapkan kebijakan fiskal ini dapat mendorong dan menstabilkan kondisi perkonomian Indonesia.
Dengan adanya keseimbangan dan pertumbuhan yang sama baik antara sektor riil dan sektor keuangan, maka akan berdampak dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergerak secara positif. Kunci kesuksesan sektor riil diantaranya adalah sektor pertanian, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perjanjian perdagangan internasional (ACFTA), dan juga peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan, bimbingan keterampilan, serta pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan. Di sektor keuangan berupa kebijakan fiskal juga turut membantu dalam menstabilkan perekonomian. Kebijakan dari organisasi, badan, forum internasional juga berperan penting dalam menentukan dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.





















































ETIKA PROFESI AKUNTANSI (SOFTSKILL) BAB 8,9,10

BAB 8 Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen Tanggung jawab Akuntan Keuangan dan Akuntan Manajemen Etika dalam ...